Ku
Tunggu Kau Dibawah Hujan
Kelas, tampak ramai
pagi ini. Mataku tertuju pada sebuah bangku disudut belakang kelas. Tampak
seorang cowok yang sedang duduk disana. Aku mempercepat langkahku ke dalam
kelas. Akupun terhenti tepat disamping mejanya.
“hai Wan..” sapaku pada
cowok yang sedang duduk itu. Namanya Iwan, dari kelas sepuluh hingga kelas dua belas,
aku selalu satu kelas dengannya.
“mau apa kau?” ketusnya
padaku. Aku mengernyitkan dahi dengan tersenyum.
“kita sekelas lagi ya
Wan..” aku berlalu meninggalkannya menuju bangku nomor tiga dari depan.
Aku tidak tahu, mengapa
Iwan tak suka padaku, tapi yang jelas, aku menyukainya mulai dari kelas satu.
Aku selalu berusaha untuk mendekatinya. Aku ingin, merubah semua sifat jelek
yang ada pada dirinya.
Iwan sering sekali
hilang dari bangkunya saat pelajaran tengah berlangsung. Ia juga perokok, tapi,
dia tidak pernah minum alcohol ataupun terjerat narkoba. Iwan juga sering bolos
sekolah. sebenarnya, aku perihatin dengan Iwan, aku ingin merubahnya agar mau berubah.
Usahaku selama dua
tahun terakhir, sia-sia saja. Iwan tetap tidak bisa dekat denganku. Di tahun
ketiga ini, aku tak mau usahaku gagal lagi. Apapun caranya, aku akan berjuang
lebih keras untuk merubah lelaki yang aku sayangi.
@@@
Bel istirahat telah berbunyi.
Iwan sudah tak ada di kelas semenjak jam terakhir tadi. Aku tahu, ia dimana. Ku
kemas semua buku yang masih ada di atas meja.
Ku mantapkan langkahku
menyusuri koridor sekolah. Dan, benar saja, Iwan berada di sana. Tepat di
halaman belakang sekolah. dari kejauhan, aku bisa melihat, terselip sebatang
rokok pada kedua jarinya.
Kakiku, mulai melangkah
panjang-panjang. Setelah berdiri tepat di depannya, ku tangkis sebatang rokok,
yang sedang ingin ia hisap kembali.
“kamu ini kenapa sih?”
Tanya Iwan dengan nada jengkel.
“aku tak mau kamu
merusak dirimu terus menerus..”
“apa pedulimu?”
“karena saya sayang
sama Iwan.. dan saya tidak mau Iwan merusak diri Iwan sendiri..”
“aku sudah rusak dari
dulu.. mengapa kau baru menyadarinya?”
“saya sudah menyadari
itu, sejak Iwan mulai sekelas dengan saya.. dan saya ingin merubah Iwan.”
Paparku pelan.
“mari ke kelas..”
kataku dengan terbesit sebuah senyum.
Ku ulurkan tanganku.
Dengan malas, ia menggapai tanganku yang berada tepat di depannya. Usahaku,
mulai mendapatkan hasil. Walau hanya sedikit, ini memberikan harapan luar biasa
padaku.
@@@
Sudah dua bulan lebih
aku dekat dengan Iwan. Aku tak menyangka, Iwan dapat berubah dengan cepat.
Sekarang, Iwan sudah tak merokok lagi. Ia juga tidak lagi bolos sekolah.
Sekarang, Iwan menjadi cowok yang baik. Aku senang, bisa mrubahnya. Tapi
sayang, aku tidak bisa melihatnya untuk satu bulan ke depan.
Aku harus menjalani
operasi radang otakku. Aku berharap, setelah operasi itu, aku masih bisa
membuka mataku. Agar aku bisa melihat Iwan lagi.
“Iwan, Langi boleh
minta sesuatu?” tanyaku saat Iwan mengantarku pulang tadi.
“apa? Kau mau minta
apa?”
“Langi pernah membaca
buku, isinya, ada sepasang kekasih, mereka selalu bersama. Sampai akhirnya,
mereka memutuskan untuk tidak bertemu selama 1 bulan..” aku menarik nafas
panjang.
“dan Langi ingin
seperti itu, selama satu bulan ke depan, kita nggak boleh bertemu ataupun
telfon.. kita akan bertemu lagi saat hujan pertama turun.. bagaiman? Iwan bisa
memenuhinya?” jelasku.
“satu bulan kedepan?”
aku mengangguk.
“oke, Iwan akan
memenuhinya. Dan, tepat saat hujan pertama turun bulan depan, Iwan akan
menunggu Langi di bangku biasanya. Tempat langi memandangi langit..” aku
mengulas sebuah senyuman di wajahku.
Aku memasuki pagar
rumahku. Mulai hari ini, aku dan Iwan, resmi berpisah selama satu bulan.
Semoga, bulan depan aku masih bisa melihat Iwan lagi.
@@@
Hari ini, aku berangkat
untuk menjalani operasi radang otakku. Dibantu, kakak dan Ibu, aku mengemasi
semua barang-barangku. Aku sudah menyiapkan surat untuk Iwan, jika pasca
operasi nanti aku tak bisa membuka mataku lagi. Sebenarnya, aku tak ingin
membuat surat ini, namun, aku juga tak mau jika meninggalkan Iwan tanpa
melontarkan permohonan maaf kepadanya.
Perjalanan menuju rumah
sakit, membuatku semakin gusar. Ketenangan hatiku mulai runtuh. Terkikis rasa
takut yang mulai besar di dalam hatiku.
Mobil Ayah, sudah
berada di tempat parker rumah sakit. Aku berjalan dengan resah memasuki
ruangan. Disana, aku diberi sebuah pakaian khusus untuk orang operasi.
Seusai, memakainya, ku
lalui koridor rumah sakit. Tepat di depanku, sebuah pintu besar berwarna putih
telah menantiku. Diatas pintu itu, bisa tertulis jelas sebuah kalimat “RUANG
OPERASI”.
Desahan nafasku terus
berderu kencang. Debaran hati mulai bergejolak. Rasa takut, tak mau kehilangan
terpancar jelas di raut muka keluargaku. Sebelum masuk ruangan, aku coba
menenagkan semuanya.
@@@
Aku duduk termenung
menatap langit. Hari ini, mendung sedang bergelayut diatas sana. Ku gerakkan
jariku membentuk sebuah nama. Nama yang
selalu terkenang dalam hatiku, pikiranku dan yang membuat rasa cinta dalam
hatiku.
Perlahan, rintikan air
mulai turun dari bawah awan mendung. Aku tetap duduk di bangku itu. Ku sambar
payung bening disebelahku. Aku sudah mempersiapkan semuanya. Maka dari itu, aku
tak akan beranjak dari tempat ini, sebelum orang yang aku sayangi dating
disini.
Rintik-rintik air mulai
berubah menjadi gerimis. Ku mainkan tanganku untuk menggenggam butiran-butiran
bening itu. Setelah eman bulan diterjang musim kemarau yang panjang. Tepat hari
ini, hujan pertama turun, dengan sebuah ritme yang menenangkan dan menyejukkan
hati.
@@@
“Langi…” sebuah tepukan
pelan dan suara itu mampu membuatku menoleh. Ku tatap wajah yang saat ini,
tengah berhadapan denganku. Wajah yang selalu menemaniku dalam gelapnya ruang
operasi. Wajah yang selalu memberikaan semangat, wajah yang senantiasa
memberikan senyuman padaku.
Aku bangkit dari
dudukku. Tanpa ku sadari, payung yang senantiasa melindungiku dari tadi, kini
telah tergeletak di tanah. Deraian bening, mengalir dari mataku. Menahan tangis
bahagia saat melihat wajah itu.
“Langi..” ulangnya
sekali lagi. Aku tetap saja tak menjawab. Hanya goresan senyum yang mengembang
di balik hujan. Refleks, aku berlari pelan menghampirinya. Ke dekap ia dengan
kasih sayang.
“Iwan, maafkan Langi..
tapi selamat, Iwan telah bisa menunggu Langi selama satu bulan. Dan tepat
dengan janji Iwan, kita bertemu di hujan pertama di bulan ini..”
“aku sudah mendengar
semuanya.. terima kasih, karena Langi telah berjuang untuk kesembuhan Langi
sendiri..”
Dekapan penuh kasih
sayang semakin erat diantara kami berdua. Gerimis hari ini, menjadi saksi
pertemuan kami. Hangatnya kasih sayang, tak membuat kami menggigil karena
guyuran hujan.
Terima kasih Tuhan, kau
telah mendengar semua doaku. Dan, terima kasih, karena kau telah
mempertemukanku dengan seseorang yang aku sayangi, dan yang benar-benar
menyayangiku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar